TUGAS FILSAFAT TEORI SIGNIFIKAAN FORM DAN MIMESIS
TUGAS FILSAFAT
TEORI SIGNIFIKAN DAN TEORI MIMESIS
Nama: Syafa zahra sholehati
Npm: 202246500781
Kelas; R3K
Mata kuliah: Filsafat seni
Dosen pengampu: Dr. Angga Kusuma Dawami M.Sn.
MENGANALISIS KARYA MENGGUNAKAN TEORI MEMESIS DAN SINIFIKAN FORM
1. Manipulation
Dalam potret karya berjudul "manipulation" tersebut yang diciptakan oleh Sarisa kojima. memiliki diartikan. cara hidup wanita jepang rumit dan menantang. yang dalam pengalaman estetetis dari sang seniman . tntang keluarga yang masih terikan dengan tradisi dan juga kebudayaan jepang yang menekan kebebasan berfikir perempuan. Dengan penggunaan style maga yang berakar pada seni grafis jepang. untuk mencermnkn sejarah dan budaya. Karakter wanita berperan sebagai robot dengan kabel yang terhubung ke tubuhnya.Saya memilih menggunakan kabel untuk menyampaikan kekuatan atau orang-orang di balik kehidupan perempuan. yang siapa pun belum tentu laki-laki tetapi mungkin perempuan itu sendiri. Sarisa kojima memilih lekuk tubuh yang saling terkait sebagai elemen rumbai yang menunjukkan kompleksitas, kekacauan, dan kewajiban seorang wanita yang tidak dapat dia hindari.
Teori mimesis
Dilihat dari segi teori mimesis karya ini seperti pendapat Aristoteles yang beranggapan bahwa seni di representasikan dari pengalaman estetis dari kehidupan melalui sebuah karya yang mewakili kisah tersebut. dengan hasil yang imajinatifnya sendiri. karya ini tidak cocok dengan pendapat plato bahwa seni dapat dikatakan seni apabila seni tersebut bersifat realistik dan mirip dengan tiruanya. dalam karya ini sarisa kojima tidak menggambarkan wanita jepang secara realistik melainkan ngan representatif baru dari sang seniman.
Teori signifikan form
Teori signifikan pada gambar ini ditunjukan pada emosi yang tertuang dalam karya tersebut dari pengalaman estetis pencipta. yang menunjukan adanya emosi sedih dan juga marah dari wanita pada karya tersebut secara siginifikan yang diperlakukan seperti robot dan memiliki arti patriarki. karya ini dominan bewarna merah sehingga tampak lebih menunjukan empatis. karya ini memiliki karakteristik manga yang dimana clive bell menyatakan bahwa seni akan dinyatakan seni apabila memiliki karakteristik sedemikian rupa sehmgga dapat memangkitka emosi pengamat.
2.Ila Lua - Avian Mythology
Arti yang terdapat pada digital art diatas adalah Sosok terkemuka yang muncul di kedua sisi kertas adalah makhluk mirip burung dengan tongkat yang siap, terkunci dalam duel penuh teka-teki yang terinspirasi dari seni bela diri. Dalam banyak tradisi dan mitologi, burung mewakili pelarian alegoris dari pembebasan dan aspirasi untuk alam yang lebih tinggi dan sosok kebebasan yang khas. Ini adalah perayaan puisi penerbangan dan seni terbang melampaui batas (seringkali buatan kita sendiri).'Ila Lua' adalah sebuah metafora untuk cara introspektif dalam hidup - melambung, mencari kesunyian, refleksi, menggali dunia fraktal yang tersembunyi dari dunia dan diri. Ila Lua adalah Pulau Bulan. Kebutuhan akan cermin bagian dalam dan melihat pola secara detail, benang halus. Mengapa di cermin seseorang bisa melihat lawannya? Siapa? Melihat? Yang? Tentang hibrida.Sebuah perjalanan yang menggabungkan berbagai mitologi, sistem simbolik, dan arketipe dari berbagai budaya dengan kreativitas intuitif. Proyek yang sedang berlangsung ini menjalin dunia hibrida yang menyenangkan, memadukan bahasa ekspresif dan modalitas bercerita serta merefleksikan esensi dan universalitas dalam mengekspresikan narasi manusia dan mitos tentang diri dan kolektif melalui seni. Mitologi Hibrid adalah permadani kisah-kisah yang saling berhubungan, lanskap imajiner dan di luar imajinasi serta persimpangan simbolis yang kebetulan.
Teori mimesis
Teori mimesis yang ada pada digital art di atas adalah seperti tanggapan teori Arisoteles yang beranggapan bahwa seni representatif dari ideal-ideal manusia . Dimana karya tersebut terinspirasi dari cerita metodologi yang pada kenyataannya blm tentu ada. karya tersebut juga berbentuk absrak yang berlawanan oleh pendapat plato yang beranggapan bahwa mimesis pada sebuah seni harus terlihat realistik
Teori signifikan form
karya tersebut terinspirasi dari pengalaman estetis yang dialami oleh sang seniman dengan cirikhas karya nya yang berbentuk abstrak. karya tersebut memiliki usur garis dan juga perpaduan warna yang terlihat dinamis. lukisan ini juga mengandung esensialisme yang didasarkan pada nilai_nlai kebudayaan sejak awal peradaban manusia.
3. KADO
Rangkaian bunga Ikebana di tokonoma (ceruk), di depan kakemono (gulungan gantung) Ikebana (生け花, 活け花, "merangkai bunga" atau "membuat bunga hidup") adalah seni merangkai bunga Jepang. Ia juga dikenal sebagai kadō (華道, "jalan bunga"). Tradisi ini sudah ada sejak zaman Heian, ketika persembahan bunga dilakukan di altar. Belakangan, rangkaian bunga digunakan untuk menghiasi tokonoma (ceruk) rumah tradisional Jepang. Ikebana mencapai puncaknya yang pertama pada abad ke-16 di bawah pengaruh para ahli teh Buddha dan telah berkembang selama berabad-abad, dengan banyak aliran berbeda yang masih ada hingga saat ini.Ikebana dihitung sebagai salah satu dari tiga seni penyempurnaan klasik Jepang, bersama dengan kōdō untuk apresiasi dupa dan chadō untuk minum teh dan upacara minum teh.
Teori mimesis
Karya ciptaan Igamagi tersebut terdapat teori mimesis dari kedua pendapat fisiolog, pada ilustrasi tersebut menggambarkan dan meniru rangkaian bunga tradisional jepang yang telah ada sejak zaman dahulu. gambar tersebut terlihat seperti alam nyata. yang dinyatakan oleh plato bahwa seni harus terlihat realis. namun ada juga pendapat Aritoteles pada gambar tersebut yang merepresenytasikan budaya jepang dengan penampilan yang imajinatif.
Teori signifikan form
Karya ini terdapat bentuk bermakna seperti adanya keselarasan bentuk garis,warna, irama, teksur.yang memuncukan emosi estetik pada pengamat, Sebuah karya seni memiliki bentuk bermakna apabila karya seni tersebut memunculkan efek emosi tertentu (emosi estetik) yang mampu membawa manusia melepaskan diri dari dunia aktivitasnya dan memasuki dunia kegembiraan estetik. lalu pada gambar tersebut terdapat nilai esensialisme yang memiliki nilai-nilai suatu kebudayaan sejak jaman dahulu yang memberikan kejelasan, dan kestabilan.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari ketiga karya tersebut bahwa ketiganya memiliki nilai teori mimesis maupun teori signifikan form. dengan ciri khas ,masing masing karya. karya dapat diakui jika memiliki nilai-nilai dari kedua teori tersebut. Teori mimesis berpandangan bahwa karya seni maupun karya sastra merupakan bentuk tiruan alam atau kehidupan manusia. Plato berpendapat bahwa semua manusia yang ada di dunia nyata ini merupakan tiruan dari dunia gagasan. Adapun dunia tersebut berisikan gagasan mengenai manusia.Begitu pula halnya dengan benda-benda yang bisa kita jumpai dalam kehidupan saat ini, seperti meja, pohon, kursi, bunga, dan sebagainya, juga merupakan tiruan dari dunia gagasan tersebut.Aristoteles (via Luxemburg dkk, 1984) memandang mimesis yang dilakukan para seniman tidak berarti semata-mata menjiplak kenyataan, melainkan merupakan sebuah proses kreatif. Sambil bertitik pangkal pada kenyataan, seniman/penyair menciptakan kembali kenyataan.Seniman mencipta dunianya sendiri dengan probabilitas yang memaksa, dengan ketakrelaannya. Apa yang terjadi dalam ciptaan seniman masuk akal dalam keseluruhan dunia ciptaan itu dan sekaligus, karena dunia itu merupakan konstruksi, perpaduan yang berdasarkan unsur-unsur dunia nyata. dan untuk teori signifikan terdapat beberapa kriteria bagi clive bell agar suatu karya dapat diakui. Menurut Clive Bell, significant form merupakan relasi dan kombinasi garis atau warna yang secara estetis mewujudkan bentuk. Dalam bukunya, Clive Bell menegaskan bahwa kualitas yang membuat karya seni menjadi ada dan tanpanya tidak dapat eksis
Komentar
Posting Komentar